Bismillahirahmanirahim...
171110,, Hari ini tahun ke lima aku merayakan idul adha jauh dari rumah...
akan tetapi ditempat yang berbeda..
kalau ditahun-tahun sebelumnya aku merayakan idul adha di Bandung, tapi untuk tahun ini aku merayakan idul adha di Jakarta... Selama 5 tahun pula aku tidak berlebaran dengan kedua org tua..
Tapi lebaran hari ini sungguh sangat berbeda dengan lebaran-lebaran sebelumnya,,,
Pagi ini aku ditelpon kedua orang tua ku,, ketika telpon diberikan kepada mama,,
ternyata mama sedang menangis,,dan tak sanggup untuk berbicara dengan ku lagi...
ketika aku bertanya dnegan mbk ku,, mama menangis karena mama rindu sama ku,,
mama merasa bahwa aku tidak mempedulikannya,, aku jarang menelponnya untuk menanyakan kabar mama.. padahal bukan maksud aku seperti itu,, tapi mungkin karena aku yang sok sibuk,,sehingga menelpon orang tua pun walau 1 menit pun aku tdk sempat....mama saat ini sedang menderita sakit tumor rahim... dan sekarang kondisi mama sedang masa pemulihan.....
Mama maafkan aku,, yang tak bisa merawat mama ketika sakit,,
Maaf jika selama ini aku jarang menelpon mu mama..
Maaf aku telah membuat mama menangis,,,
Maaf aku tidak bisa menjadi anak yang ketika engkau butuhkan aku berada disamping mu..
Sungguh hati ini ini menangis ketika melihat air mata mu menangis karenaku...
Maafkan aku...
Terima kasih mama atas semuanya,,
Sungguh aku tidak tau dengan cara apa aku membalas budi mu...
Engkau ibu yang terbaik didunia....
Aku berjanji tidak akan membuat mu menangis lagi....
I love mu mama....
Selasa, 16 November 2010
146 yang terdunia
Bekasi, 17 November 2010
Ketika aku membaca buku 146 yang terdunia,, tak henti-hentinya aku mengucapkan subhanallah,subhanallah, subhanallah, subhanallah... Allahuakbar... kata-kata itu yang terus keluar dari mulut... Sungguh indah alam semesta ciptaan mu ya Rabb... Kemudian lembar demi lembaran aku buka... begitu banyak tempat-tempat yang tidak aku ketahui,, ternyata begitu banyak belahan bumi ini tempat-tempat yang indah...dan semakin banyak yang aku tahu tentang dunia... buku ini membuat ku semangat untuk menggapi mimpi.... aku ingin keliling dunia, melihat lautan yang indah, fauna dan flora yang ada dimuka bumi ini... sungguh hati ini sangat ingin berkunjung kesana.... kemudian di halaman 66,, dibuku ini terdapat gambar ka'bah.... aku sempat terdiam melihat ka'bah... aku berharap tahun depan akan kesana bersama keluarga.... semakin ku baca buku ini,, aku semakin terenyah,, ya rabb ternyata bumi ini sungguh amat besar,, sungguh hamba sangat kecil dimata mu ya rabb... astagfirullah sebernarnya aku tak pantas untuk menyombongkan diri dimuka bumi ini,, sungguh kecil hamba mu ini... Ini baru bumi apalagi galaksi,,,bulan bintang dan planet-planet sungguh allahuakbar... hanya kata-kata itu yang pantas aku ucapkan.. Banyak hikma yg dapat diambil dr buku ini selain pengetahuan-pengetahun yang lain...
Ketika aku membaca buku 146 yang terdunia,, tak henti-hentinya aku mengucapkan subhanallah,subhanallah, subhanallah, subhanallah... Allahuakbar... kata-kata itu yang terus keluar dari mulut... Sungguh indah alam semesta ciptaan mu ya Rabb... Kemudian lembar demi lembaran aku buka... begitu banyak tempat-tempat yang tidak aku ketahui,, ternyata begitu banyak belahan bumi ini tempat-tempat yang indah...dan semakin banyak yang aku tahu tentang dunia... buku ini membuat ku semangat untuk menggapi mimpi.... aku ingin keliling dunia, melihat lautan yang indah, fauna dan flora yang ada dimuka bumi ini... sungguh hati ini sangat ingin berkunjung kesana.... kemudian di halaman 66,, dibuku ini terdapat gambar ka'bah.... aku sempat terdiam melihat ka'bah... aku berharap tahun depan akan kesana bersama keluarga.... semakin ku baca buku ini,, aku semakin terenyah,, ya rabb ternyata bumi ini sungguh amat besar,, sungguh hamba sangat kecil dimata mu ya rabb... astagfirullah sebernarnya aku tak pantas untuk menyombongkan diri dimuka bumi ini,, sungguh kecil hamba mu ini... Ini baru bumi apalagi galaksi,,,bulan bintang dan planet-planet sungguh allahuakbar... hanya kata-kata itu yang pantas aku ucapkan.. Banyak hikma yg dapat diambil dr buku ini selain pengetahuan-pengetahun yang lain...
Senin, 15 November 2010
Mama aku ingin kau tersenyum kembali....
Mama ……
Kau Pelita hati & Penerang Jalanku
Aku ingin selalu dekat denganmu
Mama ….
Kadang aku merasa berdosa dan durhaka padamu
Yang Sering membuatmu marah & jengkel padaku
Dan terkadang aku pun tak menghiraukan omelanmu mama
Aku tau marahmu tuk kebahagiann dan keselamatanku
Mama ….
Maafkanlah atas semua dosa dan kesalahan anakmu ini
Yang telah membuat mama meneteskan air mata
Air mata yang membuat yang membuatku tak kuasa berpalingkan muka
Mama….
Hapuslah airmatmu,
aku anakmu tidak akan Membiarkan dirimu meneteskan air mata lagi
Mama ….
Dirimu tlah banyak berkorban waktu & tenagamu
Disaat diriku terkapar & tak berdaya
Kau memberiku semangat tuk bangkit & sembuh
Kau bagaikan lentera di kehidupanku
Mama ……
Kini izinkan aku, beri doa & restumu padaku
Agar aku dapat berjuang mengejar & menggapai cita²ku
Yang akan membuatku tersenyum bangga padaku
Mama …..
TUk kesekian kalinya aku memohon maaf padamu
Dan rasa terima kasihku yang besar padamu
Yang takkan mampu menggantikan semua pengorbananmu tuk diriku
Mama…..
Ku ingin mama tersenyum
Ku tak ingin mama menangis karena jengkel melihat tingkahku
Ku ingin melihat mama menangis melihat keberhasilanku
Tersenyumlah MAMA …..
puisi ini ku persembahkan untuk mama ku tersayang...
maaf tidak bisa menemani didetik-detik ketika engkau operasi...
maaf tidak bisa selalu ada ketika mama sakit,,
aku hanya seorang anak yang tak mampu berbuat apa-apa untuk mu..
tapi dengan doa yang tulus,,aku panjatkan untuk mu mom..
terima kasih telah menjadi ibu yang terbaik didunia...
Kau Pelita hati & Penerang Jalanku
Aku ingin selalu dekat denganmu
Mama ….
Kadang aku merasa berdosa dan durhaka padamu
Yang Sering membuatmu marah & jengkel padaku
Dan terkadang aku pun tak menghiraukan omelanmu mama
Aku tau marahmu tuk kebahagiann dan keselamatanku
Mama ….
Maafkanlah atas semua dosa dan kesalahan anakmu ini
Yang telah membuat mama meneteskan air mata
Air mata yang membuat yang membuatku tak kuasa berpalingkan muka
Mama….
Hapuslah airmatmu,
aku anakmu tidak akan Membiarkan dirimu meneteskan air mata lagi
Mama ….
Dirimu tlah banyak berkorban waktu & tenagamu
Disaat diriku terkapar & tak berdaya
Kau memberiku semangat tuk bangkit & sembuh
Kau bagaikan lentera di kehidupanku
Mama ……
Kini izinkan aku, beri doa & restumu padaku
Agar aku dapat berjuang mengejar & menggapai cita²ku
Yang akan membuatku tersenyum bangga padaku
Mama …..
TUk kesekian kalinya aku memohon maaf padamu
Dan rasa terima kasihku yang besar padamu
Yang takkan mampu menggantikan semua pengorbananmu tuk diriku
Mama…..
Ku ingin mama tersenyum
Ku tak ingin mama menangis karena jengkel melihat tingkahku
Ku ingin melihat mama menangis melihat keberhasilanku
Tersenyumlah MAMA …..
puisi ini ku persembahkan untuk mama ku tersayang...
maaf tidak bisa menemani didetik-detik ketika engkau operasi...
maaf tidak bisa selalu ada ketika mama sakit,,
aku hanya seorang anak yang tak mampu berbuat apa-apa untuk mu..
tapi dengan doa yang tulus,,aku panjatkan untuk mu mom..
terima kasih telah menjadi ibu yang terbaik didunia...
Jangan lari dari ujian hidup.....
“Sesungguhnya besarnya balasan tergantung dari besarnya ujian, dan apabila Allah cinta kepada suatu kaum Dia akan menguji mereka, barangsiapa yang ridha, maka baginya keridhaan Allah; namun barangsiapa yang murka, maka baginya kemurkaan Allah.”
Sabda Rasulullah saw. ini ada dalam Kitab Sunan Tirmidzi. Hadits 2320 ini dimasukkan oleh Imam Tirmidzi ke dalam Kitab “Zuhud”, Bab “Sabar Terhadap Bencana”.
Hadits Hasan Gharib ini sampai ke Imam Tirmidzi melalui jalur Anas bin Malik. Dari Anas ke Sa’id bin Sinan. Dari Sa’id bin Sinan ke Yazid bin Abu Habib. Dari Yazid ke Al-Laits. Dari Al-Laits ke Qutaibah.
Perlu Kacamata Positif
Hidup tidak selamanya mudah. Tidak sedikit kita saksikan orang menghadapi kenyataan hidup penuh dengan kesulitan. Kepedihan. Dan, memang begitulah hidup anak manusia. Dalam posisi apa pun, di tempat mana pun, dan dalam waktu kapan pun tidak bisa mengelak dari kenyataan hidup yang pahit. Pahit karena himpitan ekonomi. Pahit karena suami/istri selingkuh. Pahit karena anak tidak saleh. Pahit karena sakit yang menahun. Pahit karena belum mendapat jodoh di usia yang sudah tidak muda lagi.
Sayang, tidak banyak orang memahami kegetiran itu dengan kacamata positif. Kegetiran selalu dipahami sebagai siksaan. Ketidaknyamanan hidup dimaknai sebagai buah dari kelemahan diri. Tak heran jika satu per satu jatuh pada keputusasaan. Dan ketika semangat hidup meredup, banyak yang memilih lari dari kenyataan yang ada. Atau, bahkan mengacungkan telunjuk ke langit sembari berkata, “Allah tidak adil!”
Begitulah kondisi jiwa manusia yang tengah gelisah dalam musibah. Panik. Merasa sakit dan pahit. Tentu seorang yang memiliki keimanan di dalam hatinya tidak akan berbuat seperti itu. Sebab, ia paham betul bahwa itulah konsekuensi hidup. Semua kegetiran yang terasa ya harus dihadapi dengan kesabaran. Bukan lari dari kenyataan. Sebab, ia tahu betul bahwa kegetiran hidup itu adalah cobaan dari Allah swt. “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.” (Al-Baqarah: 155)
Hadits di atas mengabarkan bahwa begitulah cara Allah mencintai kita. Ia akan menguji kita. Ketika kita ridha dengan semua kehendak Allah yang menimpa diri kita, Allah pun ridha kepada kita. Bukankah itu obsesi tertinggi seorang muslim? Mardhotillah. Keridhaan Allah swt. sebagaimana yang telah didapat oleh para sahabat Rasulullah saw. Mereka ridho kepada Allah dan Allah pun ridho kepada mereka.
Yang Manis Terasa Lebih Manis
Kepahitan hidup yang dicobakan kepada kita sebenarnya hanya tiga bentuk, yaitu ketakutan, kelaparan, dan kekurangan harta. Orang yang memandang kepahitan hidup dengan kacamata positif, tentu akan mengambil banyak pelajaran. Cobaan yang dialaminya akan membuat otaknya berkerja lebih keras lagi dan usahanya menjadi makin gigih. Orang bilang, jika kepepet, kita biasanya lebih kreatif, lebih cerdas, lebih gigih, dan mampu melakukan sesuatu lebih dari biasanya.
Kehilangan, kegagalan, ketidakberdayaan memang pahit. Menyakitkan. Tidak menyenangkan. Tapi, justru saat tahu bahwa kehilangan itu tidak enak, kegagalan itu pahit, dan ketidakberdayaan itu tidak menyenangkan, kita akan merasakan bahwa kesuksesan yang bisa diraih begitu manis. Cita-cita yang tercapai manisnya begitu manis. Yang manis terasa lebih manis. Saat itulah kita akan menjadi orang yang pandai bersyukur. Sebab, sekecil apa pun nikmat yang ada terkecap begitu manis.
Itulah salah satu rahasia dipergilirkannya roda kehidupan bagi diri kita. Sudah menjadi ketentuan Allah ada warna-warni kehidupan. Adakalanya seorang menatap hidup dengan senyum tapi di saat yang lain ia harus menangis.
“Jika kamu (pada perang Uhud) mendapat luka, maka sesungguhnya kaum (kafir) itu pun (pada perang Badar) mendapat luka serupa. Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu, Kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran); dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) dan supaya sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada. Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim.” (Ali ‘Imran: 140)
Begitulah kita diajarkan oleh Allah swt. untuk memahami semua rasa. Kita tidak akan mengenal arti bahagia kalau tidak pernah menderita. Kita tidak akan pernah tahu sesuatu itu manis karena tidak pernah merasakan pahit.
Ketika punya pengalaman merasakan manis-getirnya kehidupan, perasaan kita akan halus. Sensitif. Kita akan punya empati yang tinggi terhadap orang-orang yang tengah dipergilirkan dalam situasi yang tidak enak. Ada keinginan untuk menolong. Itulah rasa cinta kepada sesama. Selain itu, kita juga akan bisa berpartisipasi secara wajar saat bertemu dengan orang yang tengah bergembira menikmati manisnya madu kehidupan.
Bersama Kesukaran Selalu Ada Kemudahan
Hadits di atas juga berbicara tentang orang-orang yang salah dalam menyikapi Kesulitan hidup yang membelenggunya. Tidak dikit orang yang menutup nalar sehatnya. Setiap kegetiran yang mendera seolah irisan pisau yang memotong syaraf berpikirnya. Kenestapaan hidup dianggap sebagai stempel hidupnya yang tidak mungkin terhapuskan lagi. Anggapan inilah yang membuat siapa pun dia, tidak ingin berubah buat selama-lamanya.
Parahnya, perasaan tidak berdaya sangat menganggu stabilitas hati. Hati yang dalam kondisi jatuh di titik nadir, akan berdampat pada voltase getaran iman. Biasanya perasaan tidak berdaya membutuhkan pelampiasan. Bentuk bisa kemarahan dan berburuk sangka. Di hadits yang diriwayatkan Imam Tirmidzi di atas, bukan hal yang mustahil seseorang akan berburuk sangka terhadap cobaan yang diberikan Allah swt. dan marah kepada Allah swt. “Allah tidak adil!” begitu gugatnya. Na’udzubillah! Orang yang seperti ini, ia bukan hanya tidak akan pernah beranjak dari kesulitan hidup, ia justru tengah membuka pintu kekafiran bagi dirinya dan kemurkaan Allah swt.
Karena itu, kita harus sensitif dengan orang-orang yang tengah mendapat cobaan. Harus ada jaring pengaman yang kita tebar agar keterpurukan mereka tidak sampai membuat mereka kafir. Mungkin seperti itu kita bisa memaknai hadits singkat Rasulullah saw. ini, “Hampir saja kemiskinan berubah menjadi kekufuran.” (HR. Athabrani)
Tentu seorang mukmin sejati tidak akan tergoyahkan imannya meski cobaan datang bagai hujan badai yang menerpa batu karang. Sebab, seorang mukmin sejati berkeyakinan bahwa sesudah kesulitan ada kemudahan. Setelah hujan akan muncul pelangi. Itu janji Allah swt. yang diulang-ulang di dalam surat Alam Nasyrah ayat 5 dan 6, “Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.”
Temen,, sahabat q...
Jangan pernah merasa,masalah yang kita hadapi adalah masalah yang paling besar,, tapi masih banyak orang yang diluar sana yang lebih besar dibandingkan kita...
Sabda Rasulullah saw. ini ada dalam Kitab Sunan Tirmidzi. Hadits 2320 ini dimasukkan oleh Imam Tirmidzi ke dalam Kitab “Zuhud”, Bab “Sabar Terhadap Bencana”.
Hadits Hasan Gharib ini sampai ke Imam Tirmidzi melalui jalur Anas bin Malik. Dari Anas ke Sa’id bin Sinan. Dari Sa’id bin Sinan ke Yazid bin Abu Habib. Dari Yazid ke Al-Laits. Dari Al-Laits ke Qutaibah.
Perlu Kacamata Positif
Hidup tidak selamanya mudah. Tidak sedikit kita saksikan orang menghadapi kenyataan hidup penuh dengan kesulitan. Kepedihan. Dan, memang begitulah hidup anak manusia. Dalam posisi apa pun, di tempat mana pun, dan dalam waktu kapan pun tidak bisa mengelak dari kenyataan hidup yang pahit. Pahit karena himpitan ekonomi. Pahit karena suami/istri selingkuh. Pahit karena anak tidak saleh. Pahit karena sakit yang menahun. Pahit karena belum mendapat jodoh di usia yang sudah tidak muda lagi.
Sayang, tidak banyak orang memahami kegetiran itu dengan kacamata positif. Kegetiran selalu dipahami sebagai siksaan. Ketidaknyamanan hidup dimaknai sebagai buah dari kelemahan diri. Tak heran jika satu per satu jatuh pada keputusasaan. Dan ketika semangat hidup meredup, banyak yang memilih lari dari kenyataan yang ada. Atau, bahkan mengacungkan telunjuk ke langit sembari berkata, “Allah tidak adil!”
Begitulah kondisi jiwa manusia yang tengah gelisah dalam musibah. Panik. Merasa sakit dan pahit. Tentu seorang yang memiliki keimanan di dalam hatinya tidak akan berbuat seperti itu. Sebab, ia paham betul bahwa itulah konsekuensi hidup. Semua kegetiran yang terasa ya harus dihadapi dengan kesabaran. Bukan lari dari kenyataan. Sebab, ia tahu betul bahwa kegetiran hidup itu adalah cobaan dari Allah swt. “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.” (Al-Baqarah: 155)
Hadits di atas mengabarkan bahwa begitulah cara Allah mencintai kita. Ia akan menguji kita. Ketika kita ridha dengan semua kehendak Allah yang menimpa diri kita, Allah pun ridha kepada kita. Bukankah itu obsesi tertinggi seorang muslim? Mardhotillah. Keridhaan Allah swt. sebagaimana yang telah didapat oleh para sahabat Rasulullah saw. Mereka ridho kepada Allah dan Allah pun ridho kepada mereka.
Yang Manis Terasa Lebih Manis
Kepahitan hidup yang dicobakan kepada kita sebenarnya hanya tiga bentuk, yaitu ketakutan, kelaparan, dan kekurangan harta. Orang yang memandang kepahitan hidup dengan kacamata positif, tentu akan mengambil banyak pelajaran. Cobaan yang dialaminya akan membuat otaknya berkerja lebih keras lagi dan usahanya menjadi makin gigih. Orang bilang, jika kepepet, kita biasanya lebih kreatif, lebih cerdas, lebih gigih, dan mampu melakukan sesuatu lebih dari biasanya.
Kehilangan, kegagalan, ketidakberdayaan memang pahit. Menyakitkan. Tidak menyenangkan. Tapi, justru saat tahu bahwa kehilangan itu tidak enak, kegagalan itu pahit, dan ketidakberdayaan itu tidak menyenangkan, kita akan merasakan bahwa kesuksesan yang bisa diraih begitu manis. Cita-cita yang tercapai manisnya begitu manis. Yang manis terasa lebih manis. Saat itulah kita akan menjadi orang yang pandai bersyukur. Sebab, sekecil apa pun nikmat yang ada terkecap begitu manis.
Itulah salah satu rahasia dipergilirkannya roda kehidupan bagi diri kita. Sudah menjadi ketentuan Allah ada warna-warni kehidupan. Adakalanya seorang menatap hidup dengan senyum tapi di saat yang lain ia harus menangis.
“Jika kamu (pada perang Uhud) mendapat luka, maka sesungguhnya kaum (kafir) itu pun (pada perang Badar) mendapat luka serupa. Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu, Kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran); dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) dan supaya sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada. Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim.” (Ali ‘Imran: 140)
Begitulah kita diajarkan oleh Allah swt. untuk memahami semua rasa. Kita tidak akan mengenal arti bahagia kalau tidak pernah menderita. Kita tidak akan pernah tahu sesuatu itu manis karena tidak pernah merasakan pahit.
Ketika punya pengalaman merasakan manis-getirnya kehidupan, perasaan kita akan halus. Sensitif. Kita akan punya empati yang tinggi terhadap orang-orang yang tengah dipergilirkan dalam situasi yang tidak enak. Ada keinginan untuk menolong. Itulah rasa cinta kepada sesama. Selain itu, kita juga akan bisa berpartisipasi secara wajar saat bertemu dengan orang yang tengah bergembira menikmati manisnya madu kehidupan.
Bersama Kesukaran Selalu Ada Kemudahan
Hadits di atas juga berbicara tentang orang-orang yang salah dalam menyikapi Kesulitan hidup yang membelenggunya. Tidak dikit orang yang menutup nalar sehatnya. Setiap kegetiran yang mendera seolah irisan pisau yang memotong syaraf berpikirnya. Kenestapaan hidup dianggap sebagai stempel hidupnya yang tidak mungkin terhapuskan lagi. Anggapan inilah yang membuat siapa pun dia, tidak ingin berubah buat selama-lamanya.
Parahnya, perasaan tidak berdaya sangat menganggu stabilitas hati. Hati yang dalam kondisi jatuh di titik nadir, akan berdampat pada voltase getaran iman. Biasanya perasaan tidak berdaya membutuhkan pelampiasan. Bentuk bisa kemarahan dan berburuk sangka. Di hadits yang diriwayatkan Imam Tirmidzi di atas, bukan hal yang mustahil seseorang akan berburuk sangka terhadap cobaan yang diberikan Allah swt. dan marah kepada Allah swt. “Allah tidak adil!” begitu gugatnya. Na’udzubillah! Orang yang seperti ini, ia bukan hanya tidak akan pernah beranjak dari kesulitan hidup, ia justru tengah membuka pintu kekafiran bagi dirinya dan kemurkaan Allah swt.
Karena itu, kita harus sensitif dengan orang-orang yang tengah mendapat cobaan. Harus ada jaring pengaman yang kita tebar agar keterpurukan mereka tidak sampai membuat mereka kafir. Mungkin seperti itu kita bisa memaknai hadits singkat Rasulullah saw. ini, “Hampir saja kemiskinan berubah menjadi kekufuran.” (HR. Athabrani)
Tentu seorang mukmin sejati tidak akan tergoyahkan imannya meski cobaan datang bagai hujan badai yang menerpa batu karang. Sebab, seorang mukmin sejati berkeyakinan bahwa sesudah kesulitan ada kemudahan. Setelah hujan akan muncul pelangi. Itu janji Allah swt. yang diulang-ulang di dalam surat Alam Nasyrah ayat 5 dan 6, “Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.”
Temen,, sahabat q...
Jangan pernah merasa,masalah yang kita hadapi adalah masalah yang paling besar,, tapi masih banyak orang yang diluar sana yang lebih besar dibandingkan kita...
Arti nama Kodomo to Oyaji
Kodomo to Oyaji atau dalam bahasa indonesiannya adalah puzzle...
Kenapa saya memilih nama blog ini???
Yup,, karena saya ingin blog ini menjadi coretan kehidupan saya, atau seperti puzzle..
Puzzle diibaratkan dengan kehidupan.. Dimana kita berhak menyusun puzzle tersebut...
Diblog ini,, saya akan menceritakan semua pengalaman hidup saya...
Semoga yang membaca blog ini dapat mengambil hikmah dari perjalanan hidup saya...
Kenapa saya memilih nama blog ini???
Yup,, karena saya ingin blog ini menjadi coretan kehidupan saya, atau seperti puzzle..
Puzzle diibaratkan dengan kehidupan.. Dimana kita berhak menyusun puzzle tersebut...
Diblog ini,, saya akan menceritakan semua pengalaman hidup saya...
Semoga yang membaca blog ini dapat mengambil hikmah dari perjalanan hidup saya...
Langganan:
Postingan (Atom)